Jumat, 30 April 2010

Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9

0 komentar

Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.

Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.

Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. YogYES mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.

Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.

Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena dampaknya sama sekali.

Kamis, 29 April 2010

Kawah Ratu - Gunung Tangkuban Perahu

0 komentar

Salah satu tujuan utama di obyek wisata alam Gunung Tangkuban Parahu adalah Kawah Ratu. Obyek yang berjarak sekitar 30 km dari kota Bandung ini dapat ditempuh dengan mudah melalui jalur Bandung–Ledeng–Lembang (15 km) dan Lembang–Tangkuban Parahu (15 km).

Bagi pengguna kendaraan roda dua, ada jalur alternatif Bandung-Lembang yaitu melalui Dago dan Pagerwangi yang berjarak sekitar 5 km, tembus di La Oma Cafe dan Pasar Lembang. Jalan telah teraspal dengan baik, namun terdapat beberapa tikungan tajam nan curam. Asiknya kita akan menemukan pemandangan baru kota Bandung dari ketinggian.

Dari Lembang, kita akan menempuh jarak sekitar 11 km ke arah Subang untuk mencapai gerbang utama obyek wisata. Untuk dapat masuk kawasan wisata, per orang akan dikenakan tarif Rp 12.500 dan Rp 9.000 untuk mobil, Rp 4.000 untuk sepeda motor, dan Rp 17.500 untuk bus. Setelah membeli karcis kita akan menempuh jarak 4 km untuk sampai kawah utama yaitu Kawah Ratu.

Di pelataran parkir, kita mungkin akan mendapati prasasti dengan relief seperti terlihat di dalam foto. Kira-kira cerita mengenai apa ya, apakah cerita mengenai Sangkuriang dan Dayang Sumbi ibunya?

Taman Ganesha Bandung

1 komentar

Adalah sebuah taman kota yang terletak di Jalan Ganesha – Bandung, persis di depan Kampus Institut Teknologi Bandung. Dari segi ukuran, taman ini tidak begitu luas namun sangat asri karena berbagai tumbuhan yang ada di taman dan sekitarnya. Taman dilengkapi dengan banyak tempat duduk yang dapat digunakan untuk refreshing khususnya di siang hari. Karena lokasinya tidak jauh dari Kebun Binatang Bandung, taman ini sering digunakan oleh para pengunjung kebun binatang untuk beristirahat bersama keluarga sambil menikmati makan siang.

Di sekitar taman tumbuh pepohonan yang tinggi yang dihuni oleh beraneka ragam burung. Memang, kawasan Jalan Ganesha diperuntukkan bagi konservasi beraneka ragam burung sehingga tidak satu pun burung yang ada diperbolehkan untuk diburu.

Bagi yang ingin berkuda sambil berkeliling taman, di sekitar taman terdapat banyak sekali penyewaan kuda. Bagi anak kecil dapat didampingi oleh sang pemilik kuda, atau bagi yang sudah berani berkuda sendiri dapat melakukannya tanpa didampingi sang pemilik kuda. Bagi keluarga yang ingin beramai-ramai menikmati taman dapat menyewa dokar yang dikendalikan oleh sang pemilik dokar. Hem .. seru bukan.

Sabtu, 24 April 2010

Pantai Kuta

0 komentar

Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.

Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club, Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta.

Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga selancar (surfing), terutama bagi peselancar pemula. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.
0 komentar

Untuk menuju lokasi Candi Prambanan juga sangat mudah, dari kota bisa naik Bus Trans Jogja yang langsung menuju Shelter Prambanan. Atau kalo dengan menggunakan kendaraan pribadi, dari kota tinggal menuju arah ke Solo sejauh 15 Km kita sudah sampai di Candi Prambanan yang berada di kiri jalan raya Jogja-Solo.

Sebenarnya saya udah pernah kesini, tapi itu dulu sewaktu saya masih kecil. Kalo tidak salah waktu itu saya masih kelas 5 SD yaitu sekitar 10-11 tahun yang lalu, itupun pertama kalinya saya ke Jogja bersama dengan kedua orang tua saya.

Prambanan yang saya kunjungi 10 tahun yang lalu mungkin sudah berbeda dengan yang saya kunjungi saat ini. Saat ini beberapa bangunan candi masih rusak dan belum dilakukan pemugaran akibat gempa yang terjadi pada tahun 2006. Akan tetapi untuk tiket masuknya sekarang udah modern, menggunakan smart card seperti saat kita naik Bus Trans Jogja.Berarti Candi Prambanan memang sudah dikelola dengan sangat baik.

Setelah membayar tiket masuk, saya langsung menuju area candi. Memang terlihat banyak reruntuhan candi, dan beberapa candi juga dikelilingi pagar pembatas karena tidak boleh dimasuki/dinaiki karena konstruksinya masih belum kuat alias rawan runtuh.

Di Candi Prambanan terdapat tiga buah candi utama yaitu Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu. Candi Siwa merupakan candi utama yang terbesar di kompleks Candi Prambanan. Candi Siwa dibangun untuk menghormati Dewa Siwa yang dikenal sebagai mahadewa yang dipuja oleh masyarakat Jawa. Di sebelah kanan Candi Siwa adalah Candi Brahma yang dibangun untuk menghormati Dewa Brahma sebagai dewa pencipta alam semesta. Di dalam Candi Brahma terdapat arca Dewa Brahma dengan empat muka berbeda yag melambangkan empat arah mata angin. Di sebelah kiri Candi Siwa terdapat Candi Wisnu yang dibangun untuk menghormati Dewa Wisnu yang dikenal sebagai dewa pelindung makhluk hidup di alam semesta.

Di depan masing-masing candi utama terdapat Candi Wahana. Wahana berarti kendaraan para dewa-dewa tersebut. Di depan Candi Siwa terdapat Candi Nandi yang melambangkan kendaraan Dewa Siwa yang mengacu pada binatang sapi. Di depan Candi Brahma terdapat Candi Angsa yang melambangkan kendaraan Dewa Brahma. Sedangkan di depan Candi Wisnu adalah Candi Garuda yang melambangkan mitos bahwa burung garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu. Kondisi Candi Wahana yang masih baik adalah Candi Nandi dan Candi Garuda, sedangkan Candi Angsa masih diberi pagar karena belum dilakukan pemugaran.

Di bagian utara dan selatan terdapat dua buah candi yang dinamakan Candi Apit. Menurut informasi yang saya terima dari pemandu yang ada di Prambanan, Candi Apit ini berfungsi untuk mengapit ketiga Candi Wahana. Selain itu terdapat Candi Kelir yang berfungsi sebagai pembatas area Candi Prambanan. Di luar pagar terdapat juga Candi Perwara yang konon sebagai hiasan di luar area candi utama. Candi Perwara ini katanya berjumlah lebih dari 200 buah tapi yang berdiri saat ini hanya dua buah candi saja.

Masih menurut informasi dari pemandu, tahun depan akan keluar anggaran untuk melakukan pemugaran candi utama yang paling besar yaitu Candi Siwa. Karena ukurannya yang besar kemungkinan jika terlaksana akan membutuhkan waktu yang sangat lama, setidaknya lebih dari lima tahun dan juga membutuhkan ruang yang cukup luas sehingga kemungkinan Prambanan akan ditutup total. Kita lihat saja nanti apakah akan benar-benar terlaksana atau tidak, meskipun sayang juga kalo Candi Prambanan harus ditutup total selama itu.

Monumen Kapal Selam

0 komentar

Kapal selam yang berada di tepi Kalimas ini bernama KRI Pasopati 410. Kapal ini berjenis SS tipe Whiskey Class yang dibuat pada tahun 1952 di Rusia dan mulai digunakan oleh TNI Angkatan Laut pada 15 Desember 1962. KRI Pasopati memiliki panjang 76 meter dan lebar 6,30 meter, kecepatan maksimum di atas permukaan laut kapal ini adalah 18,3 knot, sedangkan kecepatan maksimal di bawah permukaan laut adalah 13,5 knot.

Kami masuk kapal melalui pintu depan, melewati ruang demi ruang. Sekilas ruangannya mirip seperti kabin pesawat. Meskipun tidak terlalu luas, udara di dalam tidak terlalu panas karena di berbagai sudut ruangan terdapat AC. Untuk berpindah dari ruang yang satu ke ruang yang lainnya terkadang kita harus menunduk karena harus melewati pintu berbentuk lingkaran yang cukup rendah dan sempit.

Disini kita akan melihat ruang komunikasi, ruang mesin dengan berbagai tombol dan panel yang cukup banyak dan warna-warni. Ada juga ruang perwira yang mungkin digunakan sebagai tempat untuk berisitirahat meskipun tempatnya cukup sempit. Kita juga bisa mengintip keluar kapal dengan menggunakan periskop yang ada di kapal ini. Periskop masih berfungsi meskipun saat kita melihat tidak akan begitu terlihat jelas.
Selesai berjalan sepanjang badan kapal, kami keluar menuju ruang video rama. Kami menunggu terlebih dahulu karena video rama baru diputar beberapa menit lagi. Sembari menunggu, kami bersantai di tepi Kalimas sambil mengamati kepadatan lalu lintas Kota Surabaya pada siang hari.

Candi Jawi, Candi Peninggalan Singosari

0 komentar

Candi Jawi terletak di Desa Candiwates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Jadi untuk lokasinya nggak terlalu jauh dari Air Terjun Kakek Bodo. Candi ini merupakan peninggalaan dari Kerajaan Singosari dan dibuat oleh Raja Kertanegara. Yang cukup unik, menurut Mpu Prapanca dalam bukunya yaitu Negarakertagama menerangkan bahwa Candi Jawi mempunyai dua sifat keagamaan, yaitu bagian bawah bersifat Hindu dan bagian atasnya bersifat Budha. Berarti pada saat itu percampuran antara agama Hindu dan Budha cukup menonjol di Jawa Timur.

Candi Jawi mempunyai bentuk yang tinggi dan ramping, mirip seperti Candi Prambanan di Jogja. Candi ini berukuran panjang 14,24 meter, lebar 9,55 meter, dan tinggi 24,50 meter. Pada tubuh candi terdapat hiasan berupa relung-relung dan kepala kala. Pada kaki candi terdapat relief yang menggambarkan suatu cerita, tetapi sayangnya sampai saat ini cerita tersebut belum teridentifikasi. Sedangkan di dalam bangunan candi hanya terdapat Yoni saja.

Menurut info dari bapak yang nunggu Candi Jawi, bagian candi yang masih asli hanyalah pada bangunan bawahnya saja, sedangkan pada bagian tengah dan atas adalah bangunan setelah dilakukan pemugaran (perbaikan). Seperti candi-candi kebanyakan, di depan candi utama terdapat candi perwara. Namun candi perwara yang terdapat di Candi Jawi ini sudah hampir rata dengan tanah dan tidak terlihat seperti sebuah candi perwara.

Di belakang Candi Jawi terdapat sebuah bangunan yang bebentuk seperti gerbang dan terbuat dari batu bata merah yang juga sudah hampir runtuh. Konon ini dahulunya merupakan pintu masuk menuju candi.
 
footer